Disuatau kota tinggalah seorang saudagar yang
sangat kaya. Ia hanya memiliki seorang putra
yang bernama Rama. Rama memiliki banyak teman dan ia mengajak temannya
berpesta pora dirumahnya setiap malam.
Pada suatu hari setelah semalaman Rama berepesta
pora dengan teman-temannya, pak saudagar kaya bertany, “rama siapakah anak-anak
muda yang setiap amalm datang ke rumah ini?”
“Merek teman-temanku, ayah,” jawab Rama.
Pada hari berikutnya, pak saudagar kaya kembali
bertanya pada anaknya, “ Rama, siapakah anak-anak muda yang setiap malam datang
kerumah ini?”
Dengan ekspresi heran Rama menjawab, “lho..
bukankah kemarin ayah sudah bertanya dan aku sudah menjawabnya. Mereka adalah
teman-temanku, ayah...”
“hmm.. begitu ya? Baiklah... besok pagi kamu
harus pergi dari rumah ini!”
“apa?!” sontak Rama dengan wajah terkejut. Jadi ayah mengusirku?”
“apa?!” sontak Rama dengan wajah terkejut. Jadi ayah mengusirku?”
“iya! Jangan injakkan kakimu di rumah ini lagi!”
jawab pak saudagar dengan tegas.
Keesokan
harinya Rama pergi meninggalkan rumah dengan perasaan sedih. Ia mendatangi
rumah salah satu temannya. Secara diam-diam pak saudagar kaya mengutus salah
satu pembantunya untuk mengikuti kepergian Rama.
Setibanya
dirumah temannya Rama, ia menemui temannya dan berkata, “kawan aku diusir
ayahku. Bolehkah aku bermalam dirumahmu?”
“waduh, Rama. Saya minta maaf, Tidak ada tidak ada kamar kosong di rumahku.” Jawab temannya dengan singkat.
“waduh, Rama. Saya minta maaf, Tidak ada tidak ada kamar kosong di rumahku.” Jawab temannya dengan singkat.
Rama mengunjungi temannya yang lain. Namun
lagi-lagi ia mendapatkan jawaban yang sama. Dengan terpaksa ia bermalam di
jalan. Setelah beberapa minggu berlalu, pelayan yang tanpa sepengetahuan Rama
selama ini selalu mengikutinya diperintahkan oleh pak saudagar kaya untuk
mengajaknya pulang.
“tuan
muda, tuan diminta pulang oleh ayah tuan!”
Dengan
wajah heran Rama menjawab” lho...pak pelayan sedang apa kau disini?”
Ah sudahlah... mari kita pulang. Ayah tuan sudah
menunggu” jawab pelayan.
Ahamad
kembali bertemu ayahnya. Ayahnya mengajaknya makan siang disebuah restoran
mewah dikota itu. Dalam kesempatan itu pak saudagar kaya ingin menjelaskan
sesuatu kepada anak semata wayangnya.
“anakku,
seorang teman sejati tidak akan membiarkan temannya dalam kesulitan.
Orang-orang setiap malam kamu ajak pesta pora di rumah, mereak bukanlah teman
sejati. Mereka berteman denganmu hanya karena uang! Jadi, berhati-hatilah dalam
memilih teman.”
Rama
hanya bisa menunduk merenungi semua nasehat ayahnya. Ia banyak mendapatkan
pelajaran tentang kehidupan dari ayahnya.
“
terima kasih ayah...” Rama berkata dengan lirih seraya memeluk ayahnya
erat-erat. Tak terasa air matanya meleleh membasahi dua pipinya. Ia sangat
bahagia memiliki seorang ayah yang bijaksana dan sangat penyayang kepadanya.
Usai
makan Ayah dan anak itu pergi meninggalkan restoran. Dalam perjalanan pulang,
ketika keduanya melintasi sebuah jalan yang lengan, tiba-tiba pak saudagar kaya
melihat seorang laki-laki tergeletak ditepi jalan.
Keadaan orang tersebut terluka dan bersimbah darah. Ia menghentikan mobilnya dan dengan cepat berlari untuk menolong orang itu. Ternyata orang itu sudah tidak bernyawa karena kehabisan darah dari luka-luka yang da ditubuhnya. Namun malang benar nasib saudagar kaya itu, ia malah disangka membunuh orang itu dan dibawa ke kantor polisi. Polisi menangkapnya dan memasukannya ke penjara.
Keadaan orang tersebut terluka dan bersimbah darah. Ia menghentikan mobilnya dan dengan cepat berlari untuk menolong orang itu. Ternyata orang itu sudah tidak bernyawa karena kehabisan darah dari luka-luka yang da ditubuhnya. Namun malang benar nasib saudagar kaya itu, ia malah disangka membunuh orang itu dan dibawa ke kantor polisi. Polisi menangkapnya dan memasukannya ke penjara.
Rama
berusaha untuk menjelaskan sebenarnya perkara itu, namun ia tidak bisa
memungkiri bukti sidik jari ayahnya yang banyak melekat ditubuh korban.
Pengadilan
menjatuhkan hukuman 12 tahun untuk saudagar kaya itu. Berita tentang
dipenjaranya saudagar kaya itu tersebar keseluruh penjuru kota. Setelah
mendengar berita tersebut teman-teman pak saudagar kaya bergegas mendatangi
kantor polisi. Mereka merasa iba dan yakin bahwa pak saudagar kaya pasti bukan
pelaku dari pembunuhan itu. Mereka beramai-ramai menghadap hakim.
“
yang mulia bapak hakim, tolong bebaskan teman saya ini. Saya sangat yakin abhwa
bukan dia pelaku dari pembunhan ini. Saya akan memberikan seluruh harta saya
apabila pak hakim membebaskan sahabat saya ini!” seru pak peternak yang tidak lain
adalah sahabat pak saudagar kaya.
Namun hakim tetap pada keputusan.
“yang
mulia, bebaskanlah teman kami ini. Jika yang mulia menginginkan jaminan, saya
bersedia menjadi penggantinya. Penjarakan saya, sebagagi ganti sahabat saya
ini.” Kata seorang pedagang sayur, sahabat pak saudagar.
Mendengar
pernyataan peternak dan pedagang sayur ini, hakim mulai mempertimbangkan dengan
sangat hati-hati. Kemudian hakim memutuskan kepada pihak kepolisian untuk
mengusut ulang tentang kasus pembunuhan ini. Akhirnya Setelah diusut ulang polisi
menemukan pelaku pembunuhan itu dan pak saudagar terbukti tidak bersalah.
Sesampainya dirumah, pak saudagar kaya berkata
kepada Rama,
“anakku,
kau lihat! Mereka itulah teman-teman sejatiku. Mereka tidak meningggalkan aku
dikala keadaan susah. Kamu harus mencari teman yang demikian!”
Rama mengangguk-angguk Mendengar nasehat
ayahnya.
“sekarang
aku akan memberimu uang seratus juta. Pergunakanlah uang ini sebaik-baiknya!”
Ahmad
menerima pemberian ayahnya dengan senang hati. Ia berniat pergi ke kota lain
dan memulai usaha membuka sebuah toko kecil.
Setelah
beberapa bulan pak saudagar kaya datang mengunjungi toko anaknya dan bertanya,
“anakku, berapa besar penghasilanmu sekarang?”
Post a Comment